GEOLOGI REGIONAL
II.1 Geomorfologi Regional
Bentuk
morfologi yang menonjol di daerah ini
adalah kerucut gunungapi Lompobattang yang menjulang mencapai ketringgian 2876
meter di atas permukaan Laut. Kerucut gunungapi Lompobattang ini dari kejauhan
masih memperlihatkan bentuka aslinya dan tersusun oleh batuan gunungapi berumur
Pliosen.
Dua bentuk kerucut tererosi lebih
sempit sebarannya terdapat disebelah
Barat dan disebelah Utara gunung Lompobattang. Disebelah Barat terdapat
gunung Baturape mencapai ketinggian 1124 meter, dan disebelah Utara terdapat
gunung Cindako, mencapai ketinggian 1500 meter. Kedua bentuk kerucut tererosi
ini disusun oleh batuan gunungapi berumur Pliosen.
Dibagian Utara terdapat dua daerah
yang dicirikan oleh topografi karst yang dibentuk oleh batugamping formasi
Tonasa. Kedua daerah bertopografi Karst ini dipisahkan oleh pegunungan yang
tersusun oleh batuan gunungapi berumur Miosen Bawah sampai Pliosen
Disebelah Barat gunung Cindako dan
sebelah Utara gunung Baturape merupakan daerah berbukit halus di bagian Barat.
Bagian Barat mencapai ketinggian kira-kira 500 meter diatas permukaan laut dan
hampir merupakan suatu dataran. Bentuk morfologi ini tersusun oleh batuan
klastik gunungapi berumur Miosen. Bukit-bukit yang memanjang yang tersebar di
daerah ini mengarah ke gunung Cindako dan gumnung Baturape berupa retas-retas
Basalt.
Pesisir Barat merupakan datraan
rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang surut,
beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Di bagian
Timurnya terdapat bukit-bukit terisolir
yang tersusun oleh batuan klastik gunungapi Miosen Pliosen.
Pesisir Barat ditempati oleh
morfologi berbukit memanjang rendah
dengan arah umumu Baratlaut Tenggara. Pantainya berliku-liku membentuk beberapa
teluk. Daerah ini tersusun oleh batuan Karbonat dari Formasi Tonasa.
Batuan tua yang tersingkap di daerah
ini adalah sedimen flysch Formasi Marada, berumur Kapur Atas. Asosiasi
batuannya memberikan petunjuk suatu endapan lereng bawah laut, ketika kegiatan
magma sudah mulai pada waktu itu. Kegiatan magma berkembang menjadi suatu
gunung api pada waktu kira-kira 63 juta tahun, dan menghasilkan Btuan gunung
api terpropilitkan.
Lembah Walanae di Lembar Pangkajene
Bagian Barat sebelah Utaranya menerus ke Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai melalui sinjai di pesisir Timur. Lembah ini memisahkan batuan berumur
Eosen , yaitu sedimen klastika Formasi Salo Kalupangdisebelah Timur dari
sedimen Karbonat Formasi Tonasa disebelah Baratnya. Rupanya pada Kala Eosen
daerah sebelah Barat Lembah Walanae merupakan paparan laut dangkal dan sebelah
timurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi dekat daratan
Paparan Laut dangkal Eosen meluas
hampir ke seleruh lembar peta , yang buktinya ditunjukkan oleh sebaran Formasi
Tonasa di sebelah barat Birru, sebelah Timur Maros dan sekitar Takalar. Endapan
paparan berkembang selama Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika
sebelah Timur Lembah Walanae rupanya berhenti pada akhir Oligosen, dan diikuti
oleh kegiatan gunungapi yang menghasilkan Formasi Kalamiseng.
Akhir dari kegiatan gunungapi Miosen
Awal yang diikuti oleh tektonikyang menyebabkan terjadinya permulaan terban
Walanae yang kemudian menjadi cekungan dimana Formasi Walanae terbentuk.
Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan
menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen.
Menurunnya cekungan Walanae
dibarengi pleh kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas disebelah Baratnya
dan mungkin secara lokal di sebelah timurnya. Peristiwa ini terjadi selama
Miosen Tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi dibawah muka laut,
dan kemungkinan sebagian muncul dipermukaan pada kala Pliosen. Kegiatan
gunung api selama Miosen menghasilkan
Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan gunungapi
Baturape-Cindako kelompok retas basal berbentuk radier memusat ke gunung
Cindako dan gunung Baturape, terjadinya mungkin berhubungan gerakan mengkubah
pada Kala Pliosen.
Kegiatan gunungapi di daerah ini
masih berlangsung sampai dengan Kala Plistosen, menghasilkan batuan gunungapi
Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh
suatu tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui gunung Lompobattang berarah Utara
– Selatan. Sesar-sesar en echelon
mungkin akibat dari suatu gerakan mendatar dekstral daripada batuan alas di
bawah Lembar Walanae. Sejak Kala Pliosen pesisir barat ujung Lengan Sulawesi
Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pala Kala Holosen hanya terjadi
endapan alluvium dan rawa-rawa.
II.2 Stratigrafi Regional
Satuan batuan tertua yang telah
diketahui umurnya adalah batuan sedimen flysch Kapur Atas yang dipetakan
sebagai Formasi Marada (Km). Batuan Malihan (S) belum diketahui umurnya, apakah
lebih tua atau lebih muda daripada
Formasi Marada ; yang jelas diterobos oleh Granodiorit yang diduga berumur
Miosen (19-2 juta tahun yang lalu). Hubungan
Formasi Marada dengan satuan batuan yang lebih muda, yaitu formasi Salo
Kalupang dan batuan Gunungapi terpropilitkan tidak begitu jelas, kemungkinan
tak selaras.
Formasi
Salo Kalupang (Teos) yang diperkirakan berumur Eosen Awal-Oligosen Akhir
berfasies sedimen laut, dan diperkirakan
setara dalam umur dengan bagian bawah Formasi Tonasa (Temt). Formasi Salo
Kalupang terjadi di sebelah Timur Lembah Walanae dan formasi Tonasa terjadi
disebelah Baratnya.
Satuan batuan
yang berumur Eosen akhir sampai Miosen tengah menindih tak selaras batuan yang
lebih tua. Berdasarkan sebaran daerah
singkapannya, diperkirakan batuan karbonat yang dipetakan sebagai
Formasi tonasa (Temt) terjadi pada daerah yang luas di lembar ini. Formasi
Tonasa ini diendapkan sejak Eosen Akhir berlangsung hingga Miosen Tengah,
menghasilkan endapan karbonat yang tebalnya tidak kurang dari 1750 meter. Pada
kala Miosen Awal, rupanya terjadi endapan batuan gunungapi di daerah Timur yang
menyusun Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv).
Satuan batuan yang berumur Miosen
Tengan sampai Pliosen menyusun Formasi Camba (Tmc) yang tebalnya 4250 meter dan
menindih tidak selaras batuan-batuan yang lebih tua. Formasi ini disusun oleh
batuan sedimen laut berselingan dengan
klastika gunungapi, yang menyamping beralih menjadi dominan batuan gunungapi (Tmcv). Batuan sedimen laut berasosiasi
dengan karbonat mulai diendapkan sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di cekungan
Walanae, daerah Timur, dan menyusun Formasi Walanae (Tmpw) dan anggota Selayar
(Tmps).
Batuan gunungapi berumur Pliosen
terjadi secara setempat, dan menyusun Batuan Gunungapi Baturape-Cindako (Tpbv).
Satuan batuan gunungapi yang termuda adalah yang menyusun satuan gunungapi
Lompobattang (Olv), berumur Plistosen. Sedimen termuda lainnya adalah endapan
aluvium dan pantai (Qac).
II.3 Struktur Geologi Regional
Menurut
Sukamto (1982),struktur geologi di daerah pegunungan Lompobattang dan
sekitarnya berupa struktur lipatan dan struktur sesar.
- Struktur
Lipatan
Struktur ini mempunyai arah jurus dan kemiringan
perlapisan batuan yang tidak teratur,sehingga sulit untuk menentukan
jenisnya.Adanya pelipatan dicirikan oleh kemiringan lapisan batuan,baik batuan
Tersier maupun batuan Kwarter(Plistosen),telah mengalami perlipatan,sehingga
umur lipatan ini ditafsirkan setelah Plistosen.
- Struktur Sesar
Struktur sesar ini mempunyai arah yang
bervariasi,seperti pada daerah Lompobattang ditemukan sesar dengan arah
Utara-Selatan, Timur-Barat, Baratdaya-Timurlaut,sedangkan pada baian Utara
mengarah Baratdaya-Timurlaut dan Baratlaut-Tenggara,dimana jenis sesar ini
sulit untuk ditentukan.
Terjadinya pelipatan dan pensesaran berhubungan dengan
proses tektonik daerah setempat,dimana akhir daripada kegiatan gunung api
Miosen Bawah,diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya pemulaan
terbentuknya Walanae.Peristiwa ini kemumngkinan besar berlangsung sejak awal
Miosen Tengah dan menurun perlahan secara sedimentasi berlangsung sampai kala
Pliosen,hal ini diikuti oleh kegiatan gunung api pada daerah sebelah
Baratdaya.Peristiwa ini terjadi selama Miosen Tengah sampai Pliosen dengan
Gunung api bawah laut,dan muncul pada kala Pliosen sebagi gunung api kontinen
yang kemungkinan besar pada kala ini mulai terjadi perlipatan,dimana
kegiatan-kegiatan magma pada kala Plistosen Atas didikuti oleh kegiatan
tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar di daerah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar