GEOLOGI REGIONAL BARRU
.1 Geomorfologi Regional
Kabupaten Barru dan sekitarnya
merupakan pegunungan dan padan umumnya terdapat didaerah bagian timur,wilayah
bagian barat merupakan pedataran yang relative sempit dan dibatasi oleh selat
makasar.Daerah ini menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola
struktur yang rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang
disusun oleh Batugamping.
Proses Geomorfologi merupakan
perubahan yang dialami oleh permukaan bumi baik secara fisik secara fisik
maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab dari proses perubahan tersebut dapat
dibagi atas 2 golongan yaitu :
1. Tenaga
Eksogen
Tenaga ini
bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan adanya tenaga Eksogen
dapat terjadi proses denudasi berupa erosi,pelapukan,dan degradasi.
2. Tenaga
Endogen
Tenaga ini
cenderung untuk membangun,dapat berupa gempa,gaya-gaya pembentuk struktur dan
vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen maka dapat terbentuk struktur
gunung api dan agradasi.
Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut
diatas maka terbentuknya bentang alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama
lainnya sesuai dengan tenaga yang mempengaruhi pembentukannya.
Kenampakan bentang alam di daerah
Barru umumnya merupakan daerah perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah
nampak meruncing dan sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut
disebabkan oleh karakteristik masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan
tingkat perkembangan erosi yang telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan
bentang alam seperti yang nampak sekarang ini.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka
pengelompokan satuan morfologi di daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada
struktur geologi dan batuan penyusunnya serta proses geomorfologi yang
mempengaruhi bentuk permukaan bumi yang nampak sekarang pembagian satuan
morfologi adalah sebagai berikut :
- Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.
- Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
- Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Penamaan
satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih dominant
terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap pembentukan
bentang alamnya.
A. Satuan
morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua
Satuan
morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua mempunyai sudut kemiringan
lereng antara 5-20 %.Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur gawir sesar
turun,menempati daerah-daerah bagian utara daerah penelitian yang memanjang
dari dusun Galungsalawe,Bale,Ampela,dan Buludua dibagian timur.
Permukaan
gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan gawirnya telah mengalami
proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya gerakan tanah berupa
landslide di Aledjang yang akibatnya material-material hasil erosi tersebut
diendapkan pada dasar tebing.Kenampakan morfologi akibat pengaruh sesar dapat
pula terlihat pada kenempakan permukaan gawir yang memotong perlapisan batuan
dilereng selatan B.Laposso.Kenampakan lainnya berupa ebing yang terjal dengan
dasar-dasar lembah yang sempit dan
landai dapat dijumpai dibeberapa tempat disepanjang jalur morfologi gawir sesar
ini.
Sungai
yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai watu dengan
beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan tipe genetic
sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi ini adalah
Breksi,Batugamping,dan Napal.
Proses
erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat batuannya yang
kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang mengadakan
pengolahan lahan untuk diguinakan sebagai daerah permukiman,perkebunan,dan
persawahan yang mempercepat terjadinya erosi.
B. Satuan
morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu
Penamaan satuan morfologi ini
didasarkan pada proses geomorfologi serta bentuk morfologi dan keadaan fisik
batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi yang terjadi dan dominant terdapat
pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa proses pelapukan,erosi,dan
longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak dan membentuk permukaan bumi.
Satuan morfologi pegunungan denudasi
B.Musula-B.Pitu menyabar dibagian timur laut B.Laposso (931 m).Penyebaran
satuan morfologi ini meliputi beberapa daerah pegunungan yang memenjang dari
arah barat ke timur yaitu B.Matjekke
(431 m),B.dua (938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903 m).B.Pitu
(342 m),dan Kalukku (407 m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 % Terdapat
bebrapa perbukitan disekitar B.Pitu,B.Masula,dan B.Matonrong dengan arah
penyebaran pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut tenggara.
Aktivitas denudasi dipegunungan
seperti B.dua memperlihatkan danya sisa-sisa erosi dan pelapukan yang mengikis
senagian pegunungan tersebut.Pada beberapa tempat ditemukan adanya bukit-bukit
kecil tumpul yang terbentuk akibat adanya pengaruh erosi dan pelapukan dimana
keadaan soil pada bagian puncak bukit sangat tipis namun pada bagian lembah
yang mempunyai soil yang tebal.
Sungai yang mengalir pada satuan
morfologi ini adlah S.Birunga dengan beberapa anak sungainya yang mempunyai
pola aliran dentritik dengan tipe genetik sungai Obsekuen.Satuan batuan yang
menyusun satuan morfologi pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari
breksi vulkanik kecuali pada daerah B.dua dan B.Matjekke batuan penyusunnya
terdiri dari dari batuan beku andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi
bentuk sill.Satuan morfologi ini sebagian digunakan oleh penduduk setempat
sebagai daerah permukiman dan persawahan.
C. Pola Aliran
Sungai
Sungai yang mengalir didaerah ini
adalah sungai watu yang terletak didaerah barat laut dan mengalir dari arah
timur ke barat dengan aliran tang tidak teratur sungai-sungai tersebut mengalir
pada satuan napal dan breksi batugamping.Sungai urunga dengan beberapa anak
sungainya terdapat disebelah selatan dengan aliran tegak lurus dengan sungai
utama.Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke timur dan sungai ule
mengalir dari arah utara ke selatan.Sungai tersebut mengalir pada satuan breksi
vulkanik batugamping dan serpih.
Berdasarkan pada kenampakan dan
data-data yang telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa pola aliran
sungainya adalah aliran rectangular dan dentritik.
D. Tipe Genetik
Sungai.
Sungai-sungai yang mengalir didaerah
Barru pada umumnya menunjukkan aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan
perlapisan batuan,sehingga dengan demikian dapat digolongkan sebagai sungai
dengan tipe aliran Obsekuen.
E. Kuantitas air
sungai
Sungai-sungai yang terdapat di Barru
termasuk jenis sungai periodic dimana kuantitas airnya besar,pada musim hujan
tetapi pada musim kemarau airnya kecil atau kering.
F. Stadia Daerah
Daerah Barru umumnya memperlihatkan
kenampakan bentang akam berupa perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah
tampak meruncing dan setempat-setempat terjadi penggundulan pada
bukit-bukit.Bentuk lembah umumnya masih sempit dengan lereng terjal pada proses
erosi lebih lanjut.
Sebagian sungai nampak menempati
dasar lembah dan relative lurus dengan aliran yang tidak begitu deras,disamping
itu pula dataran pedaratan belum begitu meluas.
Berdasarkan pada kenampakan dari
cirri-ciri bentang alam seperti yang telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan
bahwa stadia daerah termasuk dalam stadia muda manjelang Dewasa.
2. Stratigrafi
Regional
Daerah Barru disusun oleh beberapa
satuan batuan dan tersebar pada jenis bentang alam yang berbeda atau berfariasi
dan telah mengalami gangguan struktur sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan
perlapisan batuan menjadi tidak beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami
pelapukan dan peremukan hingga nampak kurang segar terutama pada napal.
Pengelompokkan dan penamaan satuan
batuan didasarakan atas cirri-ciri fisik dilpangan, jenis batuan, posisi
stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan dapat dikorelasikan secara
vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000.
Berdasarkan
hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan dalam 5 (lima ) satuan,mulai dari
satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua yaitu sebagai berikut :
1.
Satuan batuan beku intrusi
2.
Satuan breksi
3.
Satuan napal
4.
satuan breksi batugamping tonasa
5.
Satuan batupasir mallawa
6.
Satuan serpih balangbaru
Pembahasan
lebih lanjut dari setiap satuan batuan dari yang tertua ke yang termuda sebagai
berikut :
A. Satuan serpih balangbaru
Penyebaran
batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian sungai umpung dengan
arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri litologi berwarna segar ungu
dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan tekstur klastik halus berukuran lempung,
dan ketebalan perlapisan berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir lempung dan
struktur berlapis.
Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri litologi dimana dijmpai perlapisan tipis
dengan ukuran butir lempung yang menunjukkan lingkungan pengendapan tenang atau
laut dalam.
Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam formasi
Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah tidak
selaras.
B. Satuan batupasir Mallawa
Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan batuan
penyusunnya serta cirri-ciri litologi.
Penyebaran satuan batupasir ini meliputi bagian barat daerah Barru dengan arah
umum perapisan berarah Utara-Selatan. Kenampakan satuan batuan ini menunjukkan adanya kesan perlapisan,
dalam keadaan segar berwarna kuning kecoklatan, tekstur klastik kasar,
mengandung mineral kuarsa. Dalam satuan ini terdapat angota-anggota berupa
batupasir, konglomerat, batulanau, batulempung dan napal.Dengan sisipan batubar
berupa lensa.
Umur satuan batuan ini diperkirakan antar
Paleosen sampai Eosen Bawah, hubungan stratigrafi dengan satuan batuan
dibawahnya adaklah tidak selarasa dengan satuan batuan diatasnya.
C. Satuan breksi batugamping
Penamaan satuan
batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan batuan penyusunnya. Ciri
litologi kompak dan keras serta bersifat karbonatan. Batruan ini terdiri atas
fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit, batugamping dan fosil serta matriks
berupa lempung. Berdasarkan hal tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan
satuan breksi batugamping
Penyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah
Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi perbukitana gawir
sesar Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan lereng antara 10-20 %. Arah umum
perlapisan batau relatif berarah baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan
25-37. ketebalan relative satuan breksi batugaming adalah 264 m.
Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan perlapisan
umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan. Tebal lapisan antara
16-60 cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam keadaan segar dan lapuk
berwarna abu-abu kehitaman. Klastik kasar dengan sortasi jelek dan mengandung
fosil,mineral glukonit,muskovit,dan sekis.
Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites
gizehensis TAMARCK dan
Discocyline indopacticia GALLOWAY . Berdasarkan cirri-ciri litologi dimana ada
dijumpai perlapisan dengan tebal yang berbeda, disusun oleh mineral mineral
berbutier kasar dengan pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.
Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan
fosil yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan
stratigrafi antar satuan breksi
batugamping dengan satuan di bawahnya adalah selaras adan menjemari denga
nsatuan Batunapal yang tidak selaras dengan breksi vulkaik yang berasda
diatasnya. Satuan batuan ini ternmasuk dalam formasi tonasa.
D. Satuan Napal
Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele dan
sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini
menempati daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang buludua dan
sebagian lagi terdapat pada daerah yang daerahnya relative datar arah umum
perlapisan batuan beraraha baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan antara
23-840
Kenampakan satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n ketebalan
anatar 25-50 cm. dalam keadaan segar,
batuan ini berwarna putih keabuan dan lapuk berwarna kuning keabuan, tekstur
klastik.
Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera
plantonik yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks
FINLAY sedang fosil foraminifera bentonik yaitu Textularia agglutinans
D` ORBTONY. Berdasarkan kandungan fosi lini ditentukan lingkungan
pengendapanya yaitu pada inner neritik-middle neritik denga n kedalaman 0-100m,
atau lingkungna laut dangkal(TIPSWORD & SITTZER 1975)
Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970) yang
ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara satuan in derngan
batuan yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi batugamping menjemari dan dengan satuan breksi vulkanik
yang berada diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam formasi Tonasa
E. Satuan Breksi Vulkanik
Satuan breksi vulkanik penyebaranya
meliputi beberapa pegunungan yaitu B. laposso, B. masula, B. matonrong,
B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman seperti menrong,parjiro
adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula tersingkap di daerah aliran sungai
kampong Litae, satuan ini menempati daerah satuan morfologi pegununga ndenudasi
B. masula,B. pitu denganarah perlapisan batuan umumnya barat laut timur
tenggara denga nsudut kemiringan antara 16 – 25 %.
Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya perlapisan
denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan breksi vulkainik
berupa batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa yang disemen oleh silica
denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen yaitu antara 5-60 cm dan bentuk menyudut
tanggung.
Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga
satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi dengan batuan yang ada di atasnya maupun yang ada diaatasnya adalah
tidak selaras.
F. Satuan batuan beku intrusi
Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan
andesit. Batuan beku diorite
penyebarannya meliputi daerah B.
Matjekke dan sebagian kecil terdapat disebelah selatan barat laut. Batuan ini
menempati daerah satuan morfologi pegunungan denudasi B.masula, B.pitu, dalam
keadaa segar batua ini berwarna abu-abu dengan struktur kompak,tekstur
faneritik dan bentuk kristal subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm.
Penentuan umur batua ndiorit disebandingkan dengan hasil peneliti
terdahulu (RA SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan batuan ini dalam
keadaan segara menampakkan warna abu-abu kehitaman, struktur vasikuler,tekstur
afanitik, komposisi mineral plagioklas,hornblend. Umur batuan beku andesit ini
adalah Miosen berdasarkan hasil radiometri K/Ar
terhadap mineral Hornblende.
3. Struktur
Regional
struktur
geologi di daerah penelitian terdiri atas :
1.
Struktur lipatan
2.
Struktur sesar
a. Struktur lipatan
Struktur lipatan adalah suatu bentuk deformasi pada batuan sediment,batuan
vulkanik dan batuan metamorf yang memperlihatkan suatu bentuk yang
mbergelombang (MARI AND P. BTLLINGS 1979)
Struktur lipatan yang berkembang di daerah Barru adalah :
Struktur sinklin waruwue
Struktur
sesar waruwue sebagian besar terletak dibagian memanjang dari arah baratlaut ke
tenggara dengansumbu lip;atana sekitar 10 km dan mempunyai benatu kyan relative
melengkung dan merupakan suat usinklin asimetris. Satuan batuan yang menglami
perlipatan adalah satuan batu breksi
vulkanik yang diperkirakan ikut pula terlipat adalah satuan napal dan
satuan breksi batugamping. Umur dari batuantersebut adal;ah Eosen Awal – Miosen
Akhir ingga diperkirakan bahwa struktur sinklin waruwue terbentuk setelah
Miosen Akhir.
b. Struktur sesar
Sesar merupakan suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan dan arahnya
sejajar denga nbidang patahan (Sukendar Asikin 1979). Struktur sesar yang
dijumpai pada daerah Barru bagia ntimur
antar lain :
1. Sesar normal bale
2. Sesar geser Aledjang
3. Sesar Geser Buludua
a. Sesar Normal Bale
Sesar normal terletak disebelah utara dengan panjang sesar sekitar 250 m.
sesar ini memanjang dari arah barat ke timur melalui dusun Bale,Galunsawae dan
Buludua diptong oleh sesar geser Buludua. Bentuk sesar normal Bale ini relative
melengkung dimana blok bagian selatan ralatif bergerak turun terhadap blok
bagian utara satuan batuan yang tersesarkan terdiri dari satuan napal dan
breksi batugamping
Berdasarkan pada umur batuan termuda yang dilalui satuan napal dengan
umur Eosen Tengah maka diperkirakan sesar normal Bale terbentu ksetelah Eosen
Tengah.
b. Sesar geser Aledjang
Sesar
geser Aledjang terdapat adi sebelah barat laut dan merupakan sesar geser yang
bersifat dexiral. Sesar geser ini mempunyai arah pergeseran relative ke timur
laut-baratdaya denga npanjang pergeseran sekitar 200 m. sesar geser ini
dicirikan oleh zona-zona hancuran batuan pada satuan napal yang ditemukan pad
alereng permukaan gawir di dusun Aledjang.
Berdasarkan
pada umur batuan yang termuda yan gdilalui maka diperkirakan bahwa sesar geser
Aledjang terbentuk setelah Miosen Akhir.
c. Sesar geser Buludua
Sesar
geser Buludua terdapat disebelah baratlaut dan merupakan sesar geser bersifat
adextral. Sesar geser ini arah pergeseranya relative berarah baratlaut,
tenggara dengan panjang pergeseran sekitar 2 km. satuan batuan yang dilaluinya
terdiri atas napal dan satuan breksi gampingan akibat adanya sesar ini banyak
ditemukan mata air disekitar daerah
Bulubua.
Berdasarkan
pada batuan termuda yang dilauinya yaitu satuan breksi vulkanik maka
diperkirakan sesar ini terbentuk setelah Miosen Akhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar