Kamis, 27 Desember 2012

Kalsit Dolomit Aragonit


KALSIT, DOLOMIT  Dan ARAGONIT

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Kalsit/images/image.jpgKalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan.
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada perubahan dalam penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh Mn).

Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abu-abu, dan hitam.

Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan kimianya. Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu-gamping dan aktifitas magma, namun berdasarkan data hasil penelitian baru diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa. Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton), Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Dolomit/images/image.jpgDolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi.

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam perdagangan mineral industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium, Mg (kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan unsur magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut. Misalnya, batugamping mengandung ± 10 % MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomite.

Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit. Kadang-kadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping atau magnesit untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di alam.

Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di beberapa daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.

- Propinsi Nangroe Aceh Darussalam; Aceh Tenggara, desa Kungki berupa marmer dolomit. Cadangan masih berupa   sumberdaya dengan kandungan MgO = 19%.

- Propinsi Sumatera Utara; Tapanuli Selatan, desa Pangoloan, berupa lensa dalam batugamping. Cadangan berupa sumberdaya   dengan kandungan MgO = 11 - 18%.

- Propinsi Sumatera Barat; Daerah Gunung Kajai. (antara Bukittinggi - Payakumbuh). Umur diperkirakan Permokarbon.

- Propinsi Jawa Barat; daerah Cibinong, yaitu di Pasir Gedogan. Dolomit di daerah ini umumnya berwarna putih abu-abu dan   putih serta termasuk batugamping dolomitan yang bersifat keras, kompak dan kristalin.

- Propinsi Jawa Tengah; 10 km timur laut Pamotan. Endapan batuan dolomit dan batugamping dolomitan.

- Propinsi Jawa Timur; Gn. Ngaten dan Gn. Ngembang, Tuban, formasi batu-gamping Pliosen. MgO = 18,5% sebesar 9 juta m3, kandungan MgO = 14,5% sebesar 3 juta m3.

· Tamperan, Pacitan. Cadangan berupa sumberdaya dengan cadangan sebesar puluhan juta ton. Kandungan MgO = 18%.

· Sekapuk, sebelah Utara Kampung Sekapuk (Sedayu – Tuban). Terdapat di Bukit Sekapuk, Kaklak dan Malang, formasi gamping umur Pliosen, ketebalan 50 m, bersifat lunak dan berwarna putih. Cadangan sekitar 50 juta m3; Kandungan MgO di Sekapuk (7,1 - 20,54%); di Sedayu (9,95- 21,20 %); dan di Kaklak (9,5 - 20,8%);
· Gunung Lengis, Gresik. Cadangan sumberdaya, dengan kandungan MgO = 11,1- 20,9 %, merupakan batuan dolomit yang bersifat keras, pejal, kompak dan kristalin

· Socah, Bangkalan, Madura; satu km sebelah Timur Socah. Cadangan 430 juta ton dan sumberdaya. Termasuk Formasi Kalibeng   berumur Pliosen, warna putih, agak lunak, sarang. Ada di bawah batugamping dengan kandungan MgO 9,32 -20,92%

· Pacitan, Sentul dan Pancen; batugamping dolomitan 45,5 - 90,4%, berumur Pliosen. Di Bukit Kaklak, Gresik endapan dolomit   terdapat dalam formasi batu-gamping Pliosen, tebal + 35 m dan jcadangan sekitar 70 juta m3.


- Propinsi Sulawesi Selatan; di Tonassa, dolomit berumur Miosen dan merupakan lensa-lensa dalam batugamping


- Propinsi Papua; di Abe Pantai, sekitar Gunung Sejahiro, Gunung Mer dan Tanah Hitam; kandungan MgO sebesar 10,7-21,8%,   dan merupakan lensa-lensa dan kantong-kantong dalam batugamping.








http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTQSicfufxrJag5QWRQWypdjJvwPMPHfRTUgN1LkP2mu5aGl8y8Cu6a9vEAragonite terbentuk melalui proses kristalisasi magma, hal ini dapat dilihat dari ciri fisik dari mineral berikut yaitu warna segar putih bening,warna lapuk putih, cerat putih, kilap kaca yaitu suatu kenampkan cahaya yang dipantulkan dari suatu mineral berupa kenampakan seperti pecahan kaca, belahan yaitu sifat mineral untuk pecah pada bagian tertentu dalam bentuk bidang-bidang yang rata seperti mineral diatas mempunyai belahan jelas dimana tidak begitu rata,dapat pecah pada arah lain dengan mudah, pecahan even yaitu bidang pecahan halus agak kasar, mendekati bidang rata, kekersan yaitu daya tahan mineral terhadap goresan atau tekanan dari luar yang dipengaruhi oleh susunan atom dimana mineral ini mempunyai kekerasan 5.5-6, berat jenis 2.95 , tenacity yaitu reaksi mineral terhadap pembengkokan, pematahan, pemukulan, atau penghancuran, tenacity dari mineral ini adalah sectile dimana mineral ini dapat diiris dengan pisau, bentuk kristal orthorombik komposisi kimia karbonat (CaCo3).
Mineral ini terdapat pada batuan dengan komposisi kimia yang sama yaitu kabonat (CaCo3), namun mineral ini menyusun batuan yang koposisi mianera berbeda.
Mineral terbentuk pada saat terjadi pembekuan magma secara berlahan dimana dapat diketahui pada Bowen Reaction Series, dimana mineral yang terbentuk pada fase Discontinius yaitu olivin pada suhu pembentukan sekitar 1200 o – 900o C, kemudian orthopiroksin dengan suhu sekitar 1000o – 900o C,selanjutnya klinopiroksin pada suhu 900o – 800o C, kemudian mineral yang terbentuk yaitu amphibol dengan suhu 800o – 700o C, selanjutnya mineral yang terbentuk adalah biotit denga suhu pembentukan sekitar 700o – 600o C. Pada fase ini mineral dapat terbentuk walaupun tida berurutan sedangkan pada fase continius mineral terbentuk secara berurutan yan dimualai dari mineral anortit dengan suhu pembentukan 1200 – 1000 C, dengan dilanjutkan dengan mineral bitounit dengan suhu pembentukan 1000 – 900 C, kemudian mineral yang selanjutnya terbentuk adalah labradorit dengan suhu pembentukan sekitar 900 – 800 C, sedikit mengalami pemanasan makan mineral selanjutnya yang terbetuk adalah andesin dengan suhu pembentukan sekitar 800 – 700 C, kemudian mengalami pemanasan lagi maka mineral yang terbentuk selanjutnya adalah mineral oligoklas engan suhu pembentukannya sekitar 700 – 600 C dan dilanjutkan dengan mineral yang terbetuk adalah albit dengan suhu pembentukan sekitar 600 – 500 C. Setelah mengalami pendinginan suhu pada magma, maka fase discontinius dan continius bertemu dan membentuk mineral k felspar dengan suhu pembentukannya sekitar 500 – 400 C,selanjutnya mineral yang terbentuk adalah muskovit dan kuarsa.


Mineral ini berasosiasi dengan mineral yang komposisi kimia sama seperti nitrat dan karbonat. Penentuan asosiasi dari mineral ini bukan hanya dibatasi pada mineral- mineral dengan komposisi kimia yang sama, akan tetapi juga keteradapatan pada batuan yang sama , proses yang sama pada saat terbentuk, dan juga berdasarkan lingkungan pegendapan dari batuan yang disusun oleh mineral tersebut.














PENGARUH MINERAL KARBONAT TERHADAP LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Pembentukan mineral karbonat tidak lepas dari kondisi air (tawar dan asin) dimana batuan karbonat tersebut terbentuk. Walaupun mineral karbonat dapat terbentuk pada air tawar dan laut, namun informasi banyak diperoleh dari kondisi air laut.

Terdapat variasi kedalaman laut (hingga ribuan meter) dimana mineral-mineral karbonat dapat terbentuk, namun produktifitas terbentuknya mineral karbonat hanya pada wilayah dimana cahaya matahari dapat tembus (Light saturation zone). Tingkat produktifitas mineral karbonat paling tinggi yaitu pada kedalaman 0 – 20 meter (Gambar 1) dimana cahaya matahari efektif menembus kedalaman ini.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAJGGiZe_mJ5DbideOSGCrJ9L5R3lpUSpDeF6XqEuESptZL_JoqzTHPlTQIrL7UHrDyq1BX7KZaRNQ1QasTg_41EReUmCzpYxeUcN-nQmeT2MX_ULH3ovtKJG0QxJakWTSbpDRbb-uF6M2/s320/Penampang+yang+memperlihatkan+hubungan+produksi+mineral+karbonat+terhadap+kedalaman+laut+%2528Tucker+%2526+Wright%252C+1990%2529..jpg

Gambar 2.1 Penampang yang memperlihatkan hubungan produksi mineral karbonat terhadap kedalaman laut (Tucker & Wright, 1990).


Selain kedalaman laut, produktifitas mineral karbonat juga ditentukan oleh organisme penyusun batuan karbonat. Beberapa jenis organisme mempunyai komposisi mineral karbonat yang tertentu seperti koral yang umum dijumpai sebagi penyusun batuan karbonat modern memiliki komposisi mineral aragonit, sedangkan organisme lainnya seperti algae, foraminifera umumnya tersusun oleh mineral kalsit (Tabel 1).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBR7n-9EO52nzbOzg0CNYi2TbHzblZUjw8Z2BHEHdpKcQXBjHd_y9M1M6oJ4q_HLFFclQjGGCSKgIdDSnL8vJcHthus6E9IFXpZHH1rcWKMHyKiqh9xVbiLMTQeKTAdj7euVOnNMrWuyeB/s320/Tabel+2.1+Komposisi+mineral+setiap+organisme+yang+umum+dijumpai+pada+batuan+karbonat+modern+Sumber+Flugel%252C+1982.jpg

Tabel 1 Komposisi mineral setiap organisme yang umum dijumpai pada batuan karbonat modern. (Sumber: Flügel, 1982).

Indikasi organisme tersebut sebenarnya juga menjadi indikasi lingkungan pengendapan yang paling baik. Hal ini juga berlaku jika ditinjau dari segi mineralogi organisme tersebut. Koral misalnya yang berkomposisi aragonit, dimana aragonit hanya ditemukan pada kedalaman hingga 2000 meter, maka dapat dikatakan bahwa koral yang menyusun batuan karbonat umumnya pada lingkungan laut dangkal.

MINERAL UTAMA PENYUSUN BATUAN KARBONAT

Menurut Milliman (1974), Folk (1974) dan Tucker dan Wright (1990) mengungkapkan bahwa mineral karbonat yang penting menyusun batuan karbonat adalah aragonit (CaCO3), kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg(CO3)2). Selain mineral utama tersebut beberapa mineral sering pula dijumpai dalam batuan karbonat yaitu magnesit (Mg CO3), Rhodochrosite (MnCO3) dan siderit (Fe CO3) (Tabel 2).
 



Tabel 2 Sifat petrografis mineral pembentuk batuan karbonat (Flügel (1982)
Aragonite
Calcite
(Low-Mg Calcite)
Mg- Calcite
(High-Mg Calcite)
Dolomite
Rumus Kimia
CaCO3
CaCO3
CaCO3
CaMg(CO3)2
Sistem Kristal
rhombik
Hexagonal (rhombohedral) crystal
trigonal
Trace elemen yang umum
Sr, Ba, Pb, K
Mg, Fe, Mn, Zn, Cu
Fe, Mn, Zn, Cu
Mol% MgCO3
-
< 4
> 4 s/d  > 20
40 - 50
Indeks refraksi ganda
0,155
0,172
0,177
Berat jenis
2.94
2,72
2,86
Kekerasan
3,5 - 4
3
3,5 - 4
Kenampakan kristal
Umumnya dalam bentuk acicular (fibrous) micrite
Sering dalam bentuk isometric (sparry calcite) micrite
Micrite, sering dalam bentuk acicular (fibrous)
Sering dalam bentuk isometric (sparry dolomite) micrite
Pembentukan
Dominan pada lingkungan laut dangkal
Dominan pada lingkungan laut dalam, umum pada lingkungan air tawar
Dominan pada lingkungan laut dangkal
Utamanya pada lingkungan laut sangat dangkal (transisi)
 
Jenis mineral yang umum dijumpai tersebut mempunyai kharakteristik yang tidak jauh berbeda seperti yang ditunjukkan pada tabel di atas. Walaupun ketiganya umum dijumpai pada batuan karbonat namun yang paling umum adalah kalsit hususnya untuk batuan-batuan tua. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan atau diagenesa dimana mineral aragonit cenderung berubah menjadi kalsit.

Bentuk kristal dari mineral kalsit dikontrol oleh kandungan Mg++ dalam air dan bentuk ikatan kimianya dengan Ca. Semakin besar kandungan Mg++ maka bentuk kristalnya cenderung kurus dan panjang seperti jarum dan sebaliknya cenderung memipih (Gambar 2).
 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcPXhq0rmoqsOSY7fsv_5TBePEf4Mmdot2l33yN7eDRhBa6xbZbn_44bsJOVDseGXVyKfnYy5e2U3mTwJJiEf0WnvVbHZp5u2nE_SZgQmolmely-7h2FFDyhfXX1YGMeMDjYQ_huIjHzTf/s320/Gambar+2.2+Bentuk+kristal+mineral+kalsit+yang+dikontrol+oleh+kondisi+air+%2528dikutip+dari+Folk%252C+1972%2529.jpg
Gambar 2 Bentuk kristal mineral kalsit yang dikontrol oleh kondisi air (dikutip dari Folk, 1972).

Struktur dasar yang umum dalam mineral karbonat adalah grup CO3. struktur ini memiliki 3 atom oksigen dengan pusat kristal pada atom C. ikatan ini merupakan ikatan yang relatif lebih kuat dibanding dengan ikatan kimia lainnya dalam mineral karbonat (Tucker dan Wright, 1990). Bentuk struktur kristal dari ketiga mineral utama karbonat seperti disebutkan pada tabel 2 digambarkan dalam tiga dimensi untuk menjelaskan lapisan-lapisan setiap unit (Gambar 3).
 

Khusus untuk kalsit dan dolomit mempunyai kesamaan system kristal tetapi berbeda secara struktur. Pada kalsit terdapat perselingan lapisan antara atom Ca dan kelompok CO3. Setiap kelompok CO3 dalam satu lapisan mempunyai orientasi 180O terhadap lapisan didekatnya (Gambar 2.3).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbT6eTyf_SfbJ46xpqPXd4VyXggfySwnr0Tom93EuKcdUXST9SNLPj6mMe8qp5KGviafUliCvC0P79ENSLA0olkH-YyBDdV-GcnmMgz81ADaWR4T11JO3nUGfGtbJsgvVYFsbonAQcY8oM/s320/Gambar+2.3+Morfologi+kristal+mineral+karbonat+%2528kalsit+dan+dolomit%2529..jpg

Gambar 3 Morfologi kristal mineral karbonat (kalsit dan dolomit).

Ketiga mineral utama tersebut mempunyai lingkungan pembentukan tersendiri. Mineral aragonit terbentuk pada lingkungan yang mempunyai temperatur tinggi dengan penyinaran matahari yang cukup, sehingga batuan karbonat yang tersusun oleh komponen dengan mineral aragonit merupakan produk laut dangkal dengan kedalaman sekitar 2000 meter, namun perkembangan maksimum adalah hingga kedalaman 200 meter. Sedangkan mineral kalsit merupakan mineral yang stabil dalam air laut dan dekat permukaan kulit bumi. Mineral kalsit tersebut masih bisa ditemukan hingga kedalam laut mencapai 4500 meter (Gambar 2.4).

Dolomit adalah mineral karbonat yang stabil dalam air laut dan dekat permukaan. Dolomit menurut sebagian ahli merupakan batuan karbonat yang terbentuk oleh hasil diagenesa batuan yang telah ada. Dengan demikian maka dolomit hanya umum dijumpai pada daerah evaporasi atau transisi.

Wilayah atau kedalaman dimana mineral aragonit mulai melarut pada kedalaman sekitar 600 meter disebut lysocline dan pada kedalaman sekitar 2000 meter merupakan zona dimana aragonit tidak terbentuk lagi atau dikenal sebagai Aragonite Compensation Depth (ACD). Sedangkan mineral kalsit mulai melarut pada kedalaman sekitar 3000 meter dan pada kedalaman sekitar 4200 meter tidak ditemukan lagi mineral karbonat atau disebut Calcite Compensation depth (CCD) (Gambar 4).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFHRJgGax5Chm1j7bBcTjYalnBSmvqZkZAaAnZTMat1CmP_hg3NmvxbZtdr-VIBaVso0T43Yl0ZjJbKzL5Gnz8ZhVSg3BAqZZToa5VTrItGrdPc289y_2EbOYRSFTSSwLqhVwQveU_BIvx/s320/Gambar+2.4.jpg
Gambar 4 Diagram yang memperlihatkan posisi relatif mineral aragonit dan kalsit terhadap kedalaman air laut dan tingkat solubilitas mineral yang ditunjukkan oleh garis ACD dan CCD pada daerah tropis. Pembagian zona menjadi 4 zona yaitu zona presipitasi (I), zona dissolusi parsial (II), zona dissolusi aktif (III) dan zona dimana tidak ditemukan lagi mineral karbonat (IV).


Terjadinya perbedaan tersebut tidak hanya terjadi oleh karena perbedaan sinar matahari yang bisa masuk tetapi juga disebabkan oleh temperatur air laut, kandungan Mg2+, saturasi dari konsentrasi CO32- serta fisiologi biotanya (Tucker dan Wright, 1990).

Diagram yang diperlihatkan pada gambar 4 di atas secara berangsur berubah atau mendangkal seiring dengan perubahan latitude, damana semakin ke arah kutup, maka zona-zona tersebut semakin mendangkal (Gambar 5). Perubahan tersebut terjadi oleh perbedaan cahaya matahari yang bisa masuk kedalam air laut. Kedalaman air laut yang bisa tertembus oleh sinar matahari semakin tinggi pada posisi dekat dengan equator atau khatulistiwa. Oleh karena itu pada daerah-daerah equatorial merupakan wilayah yang menjadi tempat berkembangnya terumbu modern yang baik. Sebaliknya zona yang menjauh dari daerah equatorial maka kedalaman air yang dapat ditembus oleh cahaya matahari semakin dangkal sehingga semakin kurang baik perkembangan terumbunya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi11L96deH60gmWwFG4N542b-s-nylpeh96TDsPpjgXW8VHXR01IrIs6gRP0etgpLeTXUEcy_KkV9EBYpbktFJb4rv7GUTuzZ6ub2U-SJf4UWhMKg3z0G2_zVFHOghur-AZRPdUOQ3pgxww/s320/Gambar+2.5.jpg
Gambar 5 Diagram yang memperlihatkan posisi relatif zona presipitasi (I), zona dissolusi parsial (II), zona dissolusi aktif (III) dan zona dimana tidak ditemukan lagi mineral karbonat (IV) terhadap latitude.

Khusus untuk daerah tropis, pembagian zona tersebut CCD mencapai kedalaman laut sekitar 4500-an meter atau hingga laut dalam (deep sea). Jika zona- zona tersebut diintegrasikan dengan panampang lingkungan pengendapan laut secara dua dimensi (Gambar 6), maka zona dimana masih bisa ditemukan adanya mineral kalsit termasuk kedalam laut dalam (deep sea) pada zona III.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4n7j-vI66RFufzf4ZuEVSnZzY9rR4rMVtv8RFUOmaC2mL1_sxpTgHoiH6fe8_8IdELvsGOc72rHDIx9wiJ-2AfvlIreGfD7jct8ZZLUdTUKVU3lcj56W3heJ4YlPh626_xfsEpkn-Wfyi/s320/gambar+2.6.jpg
Gambar 6 Diagram yang memperlihatkan hubungan antara zona-zona mineral karbonat terhadap lingkungan pengendapan pada laut modern




Tidak ada komentar:

Posting Komentar